Minggu, 24 Juli 2016

KTI SUNTIK DEPOPROGESTIN DENGAN HAID TIDAK TERATUR



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Keluarga berencana ( KB ) pertama kali ditetapkan sebagai program pemerintah pada tanggal 29 juni 1970, bersamaan dengan dibentuknya badan koordinasi keluarga berencana nasional. Program KB di Indonesia sudah mulai sejak tahun 1957, namun masih menjadi urusan kesehatan dan belum menjadi urusan kependudukan . namun sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk indonesia serta tingginya angka kematian ibu dan kebutuhan akan kesehatan reproduksi, program KB selanjutnya digunakan sebagai salah – satu cara untuk menekan jumlah pertumbuhan penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak.                    (  Kementrian kesehatan RI, 2014 )
Menurut Undang – undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga menyatakan bahwa pembangunan keluarga adalah upaya upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat, dan keluarga berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai hak reproduksi untuk keluarga berkualitas.                            ( Kementrian kesehatan RI, 2014 )
1
 
Menurut World Health Organization (WHO) bahwa kegiatan pelayanan kasus efek samping yang tertinggi dari peserta KB suntikan yaitu sebesar 2.672 kasus atau 54,84% berikut diikuti peserta IUD sebesar 951 kasus atau 19,5%, sedangkan jumlah kasus terendah terdapat pada peserta Keluarga Berencana Kondom yaitu sebesar 0,0%. (BKKBN,2012)
Menurut data ASEAN 2012, alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan di wilayah ASIA yaitu alat kontrasepsi jangka panjang                    (  vasektomi dan tubektomi ) sebanyak 34%. Alat kontrasepsi modern pada wanita yang memilih sterilisasi, IUD sebanyak 25%. Hampir sepertiga memilih antara pil atau kondom sebanyak 12%.                                               (Earth Policy Institute, 2012).
Menurut data SDKI ( survei demografi dan kesehatan Indonesia ) tahun 2013 menunjukkan bahwa ada 8.500.247 PUS                                    ( pasangan usia subur ) yang merupakan peserta KB suntik sebanyak 4.128,115 ( 48,56 % ), akseptor pil sebanyak 2.261,480 (26,60 % ), akseptor implant sebanyak 784.215 ( 9,23 % ), akseptor IUD sebanyak 658.632 ( 7,75 % ), akseptor kondom sebanyak 517.638 ( 6,09 % ), akseptor MOW sebanyak 128.793   ( 1,52 % ), dan akseptor MOP sebanyak 21.374 ( 0,25 % ) . ( SDKI, 2013 )
Menurut BKKBN Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2014 akseptor KB sebanyak 1.491,851 dimana pemakaian kontrasepsi yang paling tertinggi adalah suntik sebanyak 428.816,  akseptor pil sebanyak 293.110, akseptor implant sebanyak 103.738, akseptor kondom sebanyak 62.329, akseptor IUD sebanyak 43.691, akseptor MOW sebanyak 17.466 serta akseptor MOP sebanyak 1.723. ( BKKBN, 2015 ).
Dinas kesehatan Kabupaten Takalar memberikan data mengenai akseptor KB aktif di tahun 2014 sebanyak 2.790,8. Akseptor KB di tahun 2015 mencapai 154.926, diantaranya akseptor suntik sebanyak 139.615, akseptor Pil 11.051, akseptor kondom sebanyak 1.901, akseptor IUD sebanyak 1.072, akseptor implant sebanyak 679, akseptor MOW sebanyak 500, dan akseptor MOP sebanyak 108. ( Dinkes Kab. Takalar, 2015 )
Menurut data di medical record dari Puskesmas Pattopakang Takalar di tahun 2014 akseptor KB sebanyak 463, akseptor suntik sebanyak 350, akseptor pil sebanyak 55, akseptor implant 47, akseptor kondom 9, akseptor IUD dan MOW masing – masing 1, serta MOP 0. Data di tahun 2015 akseptor KB sebanyak 446, dintaranya akseptor KB suntik sebanyak 377, akseptor KB pil sebanyak 46, akseptor implant sebanyak 17, akseptor kondom sebanyak 4, akseptor IUD 1, akseptor MOW 1, dan akseptor MOP belum ada. Beberapa dari kontrasepsi yang sering digunakan merupakan kontrasepsi hormonal yang bisa menimbulkan bermacam – macam efek samping baik itu mengenai kenaikan berat badan, pusing, ataupun gangguan haid seperti haid yang tidak teratur.


Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengetahu lebih jauh mengenai pengaruh KB suntik 3 bulan ( depoprogestin ) terhadap haid yang tidak teratur dalam Karya Tulis Ilmiah yang berjudul   “ Manajemen Kebidanan Keluarga Berencana Pada Akseptor KB Depoprogestin ( DMPA )  dengan Haid Tidak Teratur “.
B.     Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup penulisan karya tulis ilmiah yaitu Manajemen Kebidanan Pada Akseptor KB Depoprogestin (DMPA) Dengan Haid Tidak Teratur Di Puskesmas Pattopakang Takalar Tanggal 28 April s/d 19 Mei Tahun 2016.
C.    Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum
Dapat melaksanakan Manajemen Kebidanan Pada Akseptor KB Depoprogestin ( DMPA ) Dengan Haid Tidak Teratur Di Puskesmas Pattopakang Takalar dengan penerapan manajemen suhan kebidanan sesuai wewenang bidan.
2.      Tujuan Khusus
a.       Dapat melaksanakan pengkajian dan analisis data pada akseptor KB Depoprogestin ( DMPA ) dengan haid tidak teratur Di Puskesmas Pattopakang Takalar Tanggal 28 April Dan 19 Mei Tahun 2016.
b.      Dapat merumuskan diagnosa / masalah actual pada akseptor KB Depoprogestin ( DMPA ) dengan haid tidak teratur Di Puskesmas Pattopakang Takalar Tanggal 28 April Dan 19 Mei Tahun 2016.
c.       Dapat merumuskan diagnosa / masalah  potensial pada akseptor KB Depoprogestin ( DMPA ) dengan haid tidak teratur Di Puskesmas Pattopakang Takalar Tanggal 28 April Dan 19 Mei Tahun 2016.
d.      Dapat mengidentifikasi perlunya tindakan segera dan kolaborasi pada akseptor KB Depoprogestin ( DMPA ) dengan haid yang tidak teratur Di Puskesmas Pattopakang Takalar                           Tanggal 28 April Dan 19 Mei Tahun 2016.
e.       Dapat menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan pada akseptor KB Depoprogestin ( DMPA ) dengan haid tidak teratur Di Puskesmas Pattopakang Takalar Tahun 2016.
f.       Dapat melaksanakan tindakan asuhan kebidanan  yang telah disusun pada akseptor KB Depoprogestin ( DMPA ) dengan haid tidak teratur Di Puskesmas Pattopakang Takalar                         Tanggal 28 April Dan 19 Mei Tahun 2016.
g.      Dapat mengevaluasi hasil tindakan yang telah di laksanakan pada akseptor KB Depoprogestin ( DMPA ) Di Puskesmas Pattopakang Takalar Tanggal 28 April Dan 19 Mei Tahun 2016.

h.      Dapat mendokumentasikan semua temuan dan tindakan yang telah diberikan pada akseptor KB Depoprogestin ( DMPA ) dengan haid tidak teraur Di Puskesmas Pattopakang Takalar                        Tanggal 28 April Dan 19 Mei Tahun 2016.
D.    Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan pada kasus tersebut diatas adalah :
1.      Manfaat Institusi
Adalah sebagai bahan bacaan bagi rekan – rekan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mega Rezky Makassar Khususnya Jurusan       D III Kebidanan,  terutama dalam pelaksaan asuhan kebidanan.
2.      Manfaat Instansi
Adalah sebagai bahan masukan atau pertimbangan dalam penerapan asuhan kebidanan pada akseptor KB Depoprogestin ( DMPA ) dengan haid tidak teratur.
3.      Manfaat Klien / Masyarakat
Dengan penerapan pelayanan asuhan kebidanan yang berkualitas oleh tenaga kesehatan maka klien / masyarakat dapat memperoleh pelayanan yang professional.
4.      Manfaat Bagi Penulis
Sebagai pengalaman ilmiah yang berharga yang dapat meningkatkan  dan menambah wawasan tentang Keluarga Berencana.


E.     Metode Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, metode yang digunakan adalah :
1.      Studi Kepustakaan
Mempelajari buku – buku dan lieratur – literature, mengambil data dari internet, membaca buku yang berkaitan dengan keluarga berencana dan gangguan haid mengenai haid yang tidak teratur.
2.      Studi Kasus
Dengan menggunkan metode tujuh langkah Varney  yang meliputi identifikasi data dasar,  merumuskan diagnosa / masalah aktual, merumuskan diagnosa / masalah potensial, tidakan segera / kolaborasi, intervensi, implementasi, dan evaluasi asuhan kebidanan pada akseptor KB Depoprogestin ( DMPA ) dengan haid tidak teratur, serta pendokumentasian.
Untuk menghimpun data / informasi dalam pengkajian menggunakan teknik :
a.       Wawancara
Penulis melakukan Tanya jawab dengan klien yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan.
b.      Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis pada klien mulai dari kepala sampa kaki dengan melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.

c.       Pengkajian Psikososial
Pengkajian psikososial meliputi status emosional, respon terhadap kondisi yang alami serta pola interaksii klien terhadap keluarga, petugas kesehatan, dann lingkungannya, serta pengetahuan tentang nilai kesehatannya.
3.      Studi Dokumentasi
Study dokumentasi dilakukan dengan mempelajari status kesehatan klien yang bersumber dari catatan bidan, dan hasil pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat memberi kontribusi dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
4.      Diskusi
Diskusi dengan tenaga kesehatan yaitu bidan atau dokter yang menangani langsung klien tersebut dan dosen pembimbing karya tulis ilmiah.
F.     Sistematika Penulisan
Adapun sistematika dalam menulis karya tulis ilmiah ini terdiri dari :
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Ruang Lingkup Pembahasan
C.     Tujuan Penulisan
D.    Manfaat Penulisan
E.     Metode Penulisan
F.      Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.    Tinjauan UmumTentang Keluarga Berencana
B.     Tinjauan Tentang Kontrasepsi Depoprogestin ( DMPA )
C.     Tinjauan Tentang Haid Tidak Teratur
D.    Tinjauan Manajemen Asuhan Kebidanan
BAB III STUDI KASUS
A.    Langkah I             : Identifikasi  Data Dasar
B.     Langkah II            : Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual
C.     Langkah III           : Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
D.    Langkah IV           : Tindakan Segera/Kolaborasi
E.     Langkah V            : Rencana Asuhan Kebidanan
F.      Langkah VI           : Implementasi Asuhan Kebidanan
G.    Langkah VII         : Evaluasi Asuhan Kebidanan
H.    Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.    KESIMPULAN
B.     SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Tinjauan Umum Tentang Keluarga Berencana
1.      Pengertian
a.       Keluarga berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan kesehatan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera sesuai UU No. 10 tahun 1992. ( Yuhedi Taufika L dkk, 2015 hal 23 )
b.      Keluarga berencana ( KB ) adalah suatu upaya yang dilakukan manusia untuk mengatur secara sengaja kehamilan dalam keluarga secara tidak melawan hukum dan moral pancasila untuk kesejahteraan keluarga. ( dewi maritalia, 2012 hal.101 )
c.       Keluarga berencana merupakan usaha suami – istri untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Usaha yang dimksud termasuk kontrasepsi atau pencegahan keamilan dan perencanaan keluarga.  ( Th.Endang, 2015 hal. 182 )




10
 
d.      Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau           ‘ melawan ‘ dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma tersebut.           (dewi maritalia, 2012 hal.102 ).
e.       Kontrasepsi adalah uapaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dpat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variable yang mempengaruhi fertilitas.                                ( Sarwono, 2011 hal. 905 )
f.       Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah pertemuan antara sel telur dengan sel sperma sehingga tidak terjadi pembuahan kehamillan. Metode kontrasepsi adalahh mencegah sel sperma laki – laki mencapai dan membuahi telur wanita ( fertilisasi ) atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimpantasi     ( melekat ) dan berkembang di dalam rahim.                              ( Th. Endang  2015 hal. 182 ).




2.      Macam – macam Kontrasepsi
Terdapat beberapa macam alat kontrasepsi yang dapat digunakan antara lain :
a.       Metode Kontrasepsi Sederhana
1)      Metode kalender
Metode ini didasarkan pada suatu perhitungan yang diperoleh dari informasi yang dikumpulkan dari sejumlah mentrusi secara berurutan. Untuk mengidentifikasi hari subur, dilakukan pencatatan siklus haid menstruasi dengan durasi miniml enam dan dianjurkan 12 siklus. Untuk menjamin efektifitas maksimum, metode kalender sebaiknya dikombinasikan dengan indikator – indikator lainnya. ( Brian, 2010 hal MK-7 )
2)      Metode Amenorhea Laktasi (MAL )
Menyusui ekslusif merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang cukup efektif, selama klien belum mendapat haid dan waktunya kurang dari enam bulan pasca persalinan. Efektifitas dapat mencapai 98 %. MAL efektif bila menyusui lebih dari delapan kali perhari dan bayi mendapat cukup asupan laktasi. ( Brian, 2010 hal MK-1 )
3)      Metode Suhu Tubuh
Saat ovulasi peningkatan progesterone menyebabkan peningkatan suhu basal tubuh ( SBT ) sekitar 0,2 – 0,4 0C. peningkatan suhu tubuh adalah indikasi bahwa telah terjadi ovulasi. Selama 3 hari berikutnya ( memperhitungkan waktu ekstra dalam masa hidup sel telur ) di perlukan pantang berhubungan intim. Metode suhu mengidentifikasi akhir masa subur bukan awalnya. ( Brian, 2010 hal MK-8 )
4)      Sanggama Terputus ( Coitus Interuptus )
Sanggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya ( penis ) dari vagina sebelum pria mencapai enjakulasi. Efektifitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan sanggama terputus setiap pelaksaannya, angka kegagalan         4 – 18 kehamilan per 100 perempuan. (Brian, 2010 hal MK-15)
b.      Metode Barrier
1)      Kondom
Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dapat dibuat dari berbagai bahan diantaranya lateks ( karet ), plastic (vinil), atau bahan alami ( produksi hewan ), yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Kondom mencegah kehamilan dengan menghalangi masuknya sperma kedalam vagina, sehingga pembuahan dapat dicegah, Kondom tidak hanya menvegah kehamilan tapi juga mencegah penularan IMS termasuk HIV / AIDS.


2)      Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks yang diinsersikan kedalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks.
3)      Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia ( non oksinol – 9 ) digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Jenis spermisida dibagi menjadi bentuk Aerosol ( busa ), tablaet vagina, suppositoria atau dissolvable film, dan juga dalam bentuk Krim.
c.       Metode Kontrasepsi Modern
1)      Kontrasepsi Pil
Konrasepsi pil merupaan jenis kontrasepsi oral yang harus diminum setiap hari yang bekerja mengentalkan lender serviks sehingga sulit dalaui oleh sperma. Terdapat dua macam yaitu kontrasepsi kombinasi yang mengandung progesterone dan estrogen, kemudian kontrasepsi pil progestinyang sering disebut mini pil yang mengandung hormone progesterone.
2)      Kontrasepsi Implant
Implant merupakan alat kontrasepsi yang berbentuk batang dengan panjang sekitar 4 cm yang didalamnya terdapat hormone progesterone, implant ini kemudian dimasukkan kedalam kulit dibagian lengan atas. Hormone tersebut kemudian akan dilepaskan secara perlahan dan implant ini dapat efektif sebagai alat kontrasepsi selama 3 tahun.
3)      Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ( AKDR )
AKDR merupakan alat kontrasepsi yang dimasukkan dalam rongga rahim wanita yang bekerja menghambat sperma untuk masuk ketuba fallopi.
4)      Kontrasepsi Mantap ( KONTAP )
Kontrasepsi mantap pada wanita atau MOW                               ( metode operasi wanita ) atau tubekstomi, yaitu tindakan pengikatan dan pemotongan saluran telur agar sel telur tidak dapat dibuahi oleh sperma. Kontrasepsi mantap pada pria atau MOP (metode operasi Pria ) atau vasektomi, yaitu tindakan pengikatan dan pemotongan saluran benih agar sperma tidak keluar dari buah zakar.
5)      Kontasepsi suntikan
Kontrasepsi suntikan adalah kontrasepsi yang diberikan dengan cara disuntikkan melalui intramoskuler didaerah otot pantat, kontrasepsi ini mengandung hormone progesterone yang berfungsi untuk mencegah wanita untuk melepaskan sel telur sehingga memberikan efek kontrasepsi.
Kontrasepsi suntikan berdaya kerja lama tetapi masih banyak digunakan, yaitu :
·         DMPA ( Depo Mendroksi Progesteron Asetat ) atau suntik tiga bulan dengan dosis 150 mg.
·         NET – EN ( Noretindro Enanatat ) Noresterat
Diberikan dalam dosis 200 mg sekali setiap 8 minggu atau sekali setiap 8 minggu untuk 6 bulan pertama         ( 3 kali suntikan pertama ) kemudian setiap 12 Minggu .     ( Mohamad Anwar 2011, hal 438 )
B.     Tinjauan Umum Tentang KB Depoprogestin / DMPA
1.      Pengertian
Perlu diketahui, KB suntik 3 bulan mengandung Depo Provera. Depoprovera ialah 6-alfa-medroksiprogesteron yang digunakan untuk tujuan kontrasepsi parental, Sedangkan DMPA ini merupakan keturunan progesteron, hormon yang memang sudah ada dalam tubuh wanita. Disuntikkan dengan dosis 150 mg setiap 3 bulan sekali. Disinilah cara kerja KB suntik 3 bulan, karena hormon ini memiliki efek mengentalkan lendir rahim, sehingga sel sperma akan terperangkap dan sulit bergerak ke rahim dan seterusnya. Hormon ini juga mencegah ovulasi atau pengeluaran sel telur dan membuat dinding rahim tidak siap menerima hasil pembuahan.                             ( Saifuddin 2011, hal. 921 ). 


2.      Farmakologi
a.       Tersedia dalam bentuk larutan mikrokristalistalin.
b.      Setelah 1 minggu penyuntikan 150 mg, tercapai kadar puncak, lalu kadarnya tetap tinggi untuk 2 – 3 bulan, selanjutnya menurun kembali.
c.       Pada pemakaian jangka lama, tidak terjadi efek akumulatif dari DMPA dalam darah / serum. ( Mohamad Anwar 2011, hal 450 )
3.      Cara Kerja Suntik Tiga Bulan ( DMPA )
a.       Menekan ovulasi
b.      Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma.
c.       Menghambat transportasi gamet oleh tuba
d.      Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan artrofi sehingga implantasi terganggu. ( Angggraini, 2011, hal 133 ).
4.      Efektifitas
Kontrasepsi suntik memiliki efektifitas tinggi, menurut hartanto kurang dari 1 % dari 100 wanita akan mengalami kehamilan dalam 1 tahun pemakaian DMPA. Kontrasepsi suntik sama efektifnya dengan POK ( pil oral kombinasi ) dan lebih efektif dari IUD. Tetapi menurut saifuddin efektif dapat terjaga apabila penyuntikan dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. ( Koes 2012, hal 101 )


5.      Keuntungan Dan Kekurangan Kontrasepsi Depoprogestin
Keuntungan dan kerugian suntik DMPA, antara lain :
a.       Sangat efektif
b.      Pencegahan kehamilan jangka panjang
c.       Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
d.      Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius pada penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah
e.       Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
f.       Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
g.      Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
h.      Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
i.        Dapat digunakan oleh wanita usia > 35 tahun sampai perimenopause
j.        Mencegah anemia ( Saifuddin, 2010 hal 951 )
Kerugian kontrasepsi suntikan tiga bulan diantaranya sebagai berikut :
a.       Pola haid yang normal dapat berubah jadi amenorhe, tidak teratur, perdarahan ireguler, perdarahan bercak, perubahan dalam frekuensi lama dan jumlah darah hilang.
b.      Kekurangan suntik kontrasepsi suntik dapat menyebabkan kenaikan berat badan pada beberapa wanita
c.       Tidak melindungi terhadap penyakit IMS seperti HIV / AIDS atau Hepatitis B.
d.      Harus mengunjungi dokter / klinik setiap 3 bulan sekali untuk mendapatkan suntikan berikutnya
e.       Terlambatnya pemulihan kesuburan setelah pemakaian dihentikan
f.       Penggunaan jangka panjang akan menimbulkan perubahan pada lipid serum dan dapat menurunkan kepadatan tulang.                       ( Th. Endang purwoastusti 2015, hal 206 ).
6.      Indikasi Dan Kontra Indikasi Suntikan Depoprogestin ( DMPA )
Indikasi kontrasepsi suntikan Depoprogestin ( DMPA ) adalah :
a.       Usia reproduksi
b.      Nulipara dan yang telah memiliki anak
c.       Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektifitas tinggi
d.      Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
e.       Setelah melahirkan dan tidak menyusui
f.       Setelah abortus dan keguguran
g.      Tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen
h.      Anemia defisiensi
i.        Sering lupa memakai pil
j.        Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kombinasi. ( Sulistyawati, 2012 hal 77 )


Kontra Indikasi kontrasepsi suntikan Depoprogestin
a.       Hamil atau dicurigai hamil
b.      Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
c.       Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid terutama amenorrhea
d.      Riwayat kanker payudara
e.       Diabetes melitus yang disertai dengan komplikasi                            ( Moh. Anwar, 2011, hal :447 ).
7.      Waktu Pemberian Kontrasepsi Depoprogestin ( DMPA )
a.       Setiap selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil
b.      Mulai hari pertama sampai hari ke- 7 siklus haid
c.       Pada ibu yang tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat asalkan dapat dipastikan ibu tersebut tidak hamil dan tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari setelah suntikan.
d.      Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin ganti dengan kontrsepsi suntik, suntikan pertama dapat segera diberikan asalkan dapat dipastikan ibu tersebut tidak hamil
e.       Ibu yang sedang menggunakan AKDR dan ingin ganti dengan kontrasepsi suntikan, suntikan pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke – 7 siklus haid, atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke – 7 siklus haid asal dapat dipastikan ibu tidak hamil.

Ibu yang tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setia saat, asalkan ibu tersebut tidak hamil dan selama 7 hari setelah penyutikkan ibu tidak boleh melakukan hubungan seksual.                                        ( Koes Irianto 2012, hal102 ).
8.      Cara Pemberian Kontrasepsi Depoprogestin ( DMPA )
Kontrasepsi suntikan tiga bulan diberikan dengan cara disuntik intramuskular di daerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja secara efektif.
Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alcohol yang dibasahi etil isopropyl alcohol 60 – 90 %. Biarkan kulit kering sebelum disuntik. Setelah kulit kering baru disuntikkan.                        ( Niken Melyani, 2010 Hal 200 ).
9.      Efek samping Kontrasepsi Depoprogestin ( DMPA )
Menurut Depkes RI ada beberapa efek samping dari KB suntik Tiga Bulan ( DMPA ), yaitu :
a.       Gangguan siklus haid
1)      Gejala / keluhan
a)      Tidak mengalami haid ( Amenorhea )
b)      Perdarahan berupa tetesan / bercak ( spotting )
c)      Perdarahan diluar siklus haid ( metroragia / breakthrough bledding )
d)     Perdarahan haid yang lebih lama dan lebih banyak daripada biasanya ( menoragia ), hal diatas dikatakan kondisi haid yang tidak teratur.
2)      Penyebab
Karena adanya ketidak seimbangan hormone sehingga endometrium mengalami perubahan histology. Keadaan amenorhe disebabkan atrofi endometrium.
3)      Penaggulangan dan pengobatan
a)      KIE
(1)   Jelaskan sebab terjadinya
(2)   Jelaskan bahwa gejala / keluhan tersebut dalam rangka penyesuaian diri, bersifat sementara dan individu.
(3)   Motivasikan agar tetap memakai suntikan
b)      Tindakan medis
(1)   Amenorrhea ( tidak Haid )
Tidak perludilakukan tindakan apaun cukup konseling saja, bila klien tidak dapat menerima kelainan tersebut suntikan jangan dilanjutkan. Anjurkan pemakaian jenis kontrasepsi lain. Berikan pil KB 3 x 1 tablet dari hari    1 – 3, 1 x 1 tablet mulai hari ke 4 selama 4 – 5 hari.
(2)   Spotting / metroragia ( perdarahan bercak )
Diberikan pil KB 3 x 1 tablet perhari selama 7 hari
(3)   Menoragia, yaitu perdarahan lebih banyak dan lebih lama dari biasanya.
Diberikan tablet sulfas ferosusu 3 x 1 tablet                    ( 5 – 7 hari ) sampai keadaan membaik.
b.      Depresi
1)      Gejala / keluhan
Perasaan lesu ( lethergi ), tidak bersemangat dalam kerja/kehidupan.
2)      Penyebab
Diperkirakan dengan adanya hormone progesterone terutama yang berisi 19 – norsteroid menyebabkan kurangnya vitamin B6 ( Pyridoxin ) di dalam tubuh.
3)      Penanggulangan dan pengobatan
a)      KIE
(1)   Jelaskan sebab terjadinya depresi
(2)   Jelaskan bahwa gejala ini bersifat sementara dan individu. Beri motivasi agar tetap memakai suntikan
b)      Tindakan medis
(1)   Diberikan vitamin B6 2-3 x 1 tablet ( 10 mg ) perhari sampai gejala depresi hilang.
(2)   Bila depresi menetap dan terus memberat, hentikan pemakaian suntikan dan ganti cara kontrasepsi non hormonal.
c.       Keputihan ( lechorea )
1)      Gejala / keluhan
Keluarnya cairan berwarna putih dari dalam vagina atau adanya cairan putih dimulut vagina ( vagina discharge )
2)      Penyebab
Oleh karena efek progesterone merubah flora dan PH vagina, sehingga jamur mudah tumbuh di dalam vagina dan menimbulkan keputihan.
3)      Penanggulangan dan pengobatan
a)      KIE
(1)   Jelaskan sebab terjadinya keputihan
(2)   Jelaskan bahwa gejala ini bersifat sementara dan individu
(3)   Menjaga kebersihan daerah kemaluan
(4)   Memotivasi agar terus memakai suntikan.
b)      Tindakan medis
(1)   Bila disertai rasa gatal, cairan berwarna kuning kehijauan atau berbau tidak sedap, dapat diberikan pengobatan antimikrotik secara pervaginam : nistatin 100.000 IU intravaginal selama 14 hari.
(2)   Bila keputihan terus berlangsung maka pemakaian suntikan dihentikan sementara.

d.      Jerawat
1)      Gejala / keluhan yaitu timbul jerawat pada wajah
2)      Penyebab adalah progestin terutama 19 – norprogestin menyebabkan peningkatan kadar lemak
3)      Penaggulangan dan pengobatan
a)      KIE
(1)   Jelaskan sebab terjadinya jerawat
(2)   Mengurangi makanan yang berlemak seperti kacang, susu, kuning telur
(3)   Menjaga kebersihan wajah dengan membersihkan wajah 2 x sehari dengan pembersih muka
(4)   Menghindari pemakaian kosmetik yang berlebihan
b)      Tindakan medis
(1)   Bila tidak mengganggu, cukup menjaga kebersihan wajah
(2)   Bila terlihat infeksi berikan tetraciklin 2 – 4 x kapsul 250 mg, selama 1 – 2 minggu
(3)   Bila jerawat menetap dan bertambah banyak, ganti cara kontrasepsi non – hormonal.
e.       Rambut rontok
1)      Gejala / tanda
Rambut rontok selama pemakain suntikan bisa sampai sesudah penghentian suntikan.
2)      Penyebab
Progesterone terutama 19 – norprogesteron dapat mempengaruhi folikel rambut, sehingga timbul kerontokan rambut.
3)      Penanggulangan / pengobatan
a)      KIE
(1)   Jelaskan sebab terjadinya rambut rontok
(2)   Gejala ini bersifat sementara dan individu akan kembali normal tanpa pengobatan setelah suntikan dihentikan.
f.       Perubahan berat badan
1)      Gejala / keluhan
a)      Kenaikan berat badan rata – rata untuk setiap tahun bervariasi antara 2,3 – 2,9 kg.
b)      Berat badan berkurang / turun. Setiap tahun rata – rata penurunan berat badan antara 1,6 – 1,9 kg.
2)      Penyebab
Kenaikan berat badan kemungkinan disebabkan karena hormone progesterone mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga lemak dibawah kulit bertambah, selain itu progesterone juga menyebabkan nafsu makan bertambah dan menurunkan aktivitas fisuk, akibatnya pemkaian suntikan dapat menyebabkan berat badan bertambah.

3)      Penaggulangan dan pengobatan
a)      KIE
(1)   Jelaskan sebab terjadinya perubahan berat badan
(2)   Jelaskan bahwa penambahan berat badan ini bersifat  sementara dan individu , tidak terjadi pada semua pemakaian suntikan, tergantung reaksi tubuh wanita terhadap metabolism progesterone .
g.      Pusing / sakit kepala / migrant
1)      Gejala / keluhan
Sakit kepala pada salah – satu sisi atau seluruh bagian kepala dan terasa berdenyut disertai rasa mual yang amat sangat.
2)      Penyebab , yaitu adanya reaksi tubuh terhadap progesterone
3)      Penanggulangan / penanganan
a)      KIE
(1)   Jelaskan terjadinya pusing / sakit kepala / migraine.
(2)   Jelaskan bahwa gejala ini bersifat sementara dan individu
b)      Tindakan medis
(1)   Pastikan tekanan darahnya normal
(2)   Berikan pengobatan



(a)    Sakit kepala
Antalgin 3 x 500 mg perhari selama 3 – 5 hari, paracetamol 3 x 500 mg perhari, dan asam mefenamat 3 x 250 – 500 mg kapsul perhari selama 3 – 5 hari.
(b)   Migraine
Diberikan preparat ergotamine 2 x 1 mg selama 3–5 hari.
(3)   Bila pemberian obat tidak menolong dan keadaan tambah berat, hentikan pemakaian suntikan dang anti cara kontrasepsi non – hormonal .
h.      Mual dan muntah
1)      Gejala / keluhan
Mual sampai muntah seperti hamil mudah. Terjadi pada    bulan - bulan pertama pemakaian suntikan.
2)      Penyebab
Reaksi tubuh terhadap hormone progesterone yang mempengaruhi produksi asam lambung.
3)      Penanggulangan dan pengobatan
a)      KIE
(1)   Jelaskan sebab terjadinya mual muntah
(2)   Jelaskan bahwa gejala ini bersifat sementara dan individu. Biasanya tubuh akan menyesuaikan diri selama 2 – 3 bulan dan rasa mual akan hilang dengan sendirinya.
(3)   Memotivasi agar tetap memakai suntikan
b)      Tindakan medis
(1)   Diberikan metoklopramid 3 x 10 mg 15 menit sebelum makan perhari selama 5 – 7 hari.
(2)   Makan secara teratur, usahakan lambung tidak terlalu lama kosong.
(3)   Bila dalam waktu 3 bulan gejala menetap atau bertambah berat, hentikan pemakaian suntikan dan ganti cara kontrasepsi non – hormonal . ( Koes 2015, hal 92 )
C.    Tinjauan Umum Tentang Haid Tidak Teratur
1.      Pengertian
Haid tidak teratur adalah ketidak seimbangannya hormone pada reproduksi wanita ( hormone estrogen dan progesterone ), yang mana diketahui kedua hormone tersebut harus dalam komposisi yang tepat untuk mengetahui kapan pembetukan sel telur pada indung telur           ( ovarium ), kapan pelepasan telur ( ovulasi ) dan kapan menstruasi       (  luruhnya dinding rahim akibat tidak adanya pembuahan sel telur ).     ( Whynda, 2014).



2.      Penyebab haid tidak teratur
a.       Alat kontrasepsi suntikan
Suntikan kontrasepsi mengandung hormone progesterone yang menyerupai hormone yang diproduksi wanita selama 2 mingggu pada setiap awal siklus menstruasi, jadi penggunaan suntikan ini dapat menghasilkan produksi hormone progesterone yang berlebihan sehingga keseimbangan hormone dalam tubuh bisa mempengaruhi siklus haid wanita. Penggunaan kontrasepsi IUD, efek samping dari IUD adalah perdarahan menstruasi hebat.
b.      Syndrome ovarium polikistik
Menstruasi tidak tertur juga bisa dikarenkan ovarium mengalami sindrom atau keadaan rahim yang didalamnya terdapat benjolan atau bisa dikenal dengan kista ovarium, yang akan membuat menstruasi tidak lancar. Kista dalam ovarium dapat mempengaruhi system peluruhan dalam rahim wanita. Timbulnya                kantung – kantung cairan dalam atau diatas ovarium yang terkadang mengakibatkan haid tidak teratur.
c.       Gaya hidup
Memiliki gaya hidup yang tidak sehat karena faktor makanan, merokok, dan juga mengonsumsi minuman beralkohol. Dengan kondisi gizi yang buruk dapat mempengaruhi keadaan tubuh sehingga dapat berperan dalam memicu haid tidak teratur.

d.      Polip
Timbulnya polip pada dinding uterus menyebabkan perdarahan menstruasi dalam waktu lam. Polip dari uterus biasanya muncul pada usia produktif yang menghasilkan kelebihan hormone, menyebabkan perdarahan yang tidak menentu.
e.       Stress   
Stress dapat mempengaruhi keadaan tubuh, system metabolism orang yang tress akan terganggu sehingga mempengaruhi perubahan hormone juga. Selain itu stress dapat mempengaruhi pola makan sehingga berat badan terganggu. Berat badan yang kurang dapat mempengaruhi tingkat kesuburan seorang wanita. Makanan yang dikonsumsi bisa mempengaruhi hormone dalam tubuh. ( Whynda, 2014).
3.      Siklus Haid
Dalam system endokrin beberapa susunan saraf pusat tertentu sperti glandula pinealis,  glandula amigdalae, dan hipokampus mempunyai hubungan neural dan humoral yang disebut juga hubungan neurohormonal dengan hipotalamus dan hipofisis.
Didalam hipotalamus terdapat beberapa hormone yaitu :
·         FSH – RH, yang merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH ( follicel stimulating hormone releasing hormone )
·         LH – RH, yang merangsang hipofisis untuk meneluarkan LH    ( lutenizing hormone – releasing hormone )
·         PIH ( prolaktin inhibiting hormone ) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan prolaktin.
·         RH untuk somatotropin, TSH ( tyroid stimulating hormone ), ATCH ( adrenocorticotrophic hormone ).                                        ( Asmarani, 2014 hal 538 ).
Pada tiap siklus haid FSH ( follicle stimulation hormone ) dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis yang menimbulkan beberapa folikel primer yang dapat berkembang dalam ovarium. Umumnya satu folikel kadang juga lebih dari satu, berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan fungsi FSH sehingga lobus anterior hipofisis dapat mengeluarkan hormone gonadotropin yang kedua, yakni LH. Seperti telah diuraikan, produksi kedua hormone gonadrotropin ( FSH dan LH ) adalah dibawah pengaruh releasing hormone yang disalurkan dari hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH ini sangat dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus. Bila penyaluran RH normal berjalan baik, maka produksi gonadotropin akan baik pula, sehingga folikel de graaf selanjutnya makin lama makin menjadi matang dan makin banyak berisi likuor folikulli yang mengandung estrogen. Estrogen mempunyai pengaruh terhadap endometrium : menyebabkan endometrium tumbuh atau berproliferasi. Dibawah pengaruh LH folikel de graaf menjadi lebih matang, mendekati permukaan ovarium, dan kemudian terjadilah ovulasi.
Pada ovulasi ini kadang – kadang terdapat perdarahan sedikit yang akan merangsng poritenium di pelvis, sehingga timbul rasa sakit yang disebut intermenstrual pain. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum dibawah pengaruh hormone LH – LTH, suatu hormone gonadotropin juga. Korpus luteum menghasilkan hormone progesterone. Progesterone ini mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang telah berporiferasi dan menyebabkan kelenjar – kelenjarnya berkeluk – keluk dan bersekresi.
Bila tidak ada pembuahan, korpus luteum berdegenerasi dan ini mengakibatkan bahwa kadar estrogen dan progesterone menurun. Menurunnya kadang estrogen dan progesterone menimbulkan efek pada arteri yang bekeluk – keluk di endometrium. Sesudah itu terjadi degenerasi serta perdarahan dan pelepasan endometrium yang nekrotik, proses ini disebut haid atau menstruasi.
Pada siklus haid dikenal tiga masa utama yaitu :
·         Masa haid selama dua sampai delapan hari, pada wktu itu endometrium dilepas, sedangkan pengeluaran hormone ovarium paling rendah.
·         Masa proliferasi sampai hari keempat belas, pada waktu itu endometrium tumbuh kembali disebut juga endometrium mengadakan proliferasi. Antara hari kedua belas dan keempat belas dapat terjadi pelepasan ovum dari ovarium yang disebut ovulasi.
·         Sesudahnya, dinamakan masa sekresi. Pada ketika korpus rubrum menjadi korpus luteum yang mengeluarkan progesterone. Dibawah pengaruh progesterone ini kelenjar endometrium yang tumbuh berkeluk – keluk mulai berekskresi dan mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak. ( Saifuddin, 2011 hal 45 ).

4.      Pengaruh Kontrasepsi Depoprogestin ( DMPA ) Terhadap Haid Tidak Teratur
KB suntik 3 bulan mengandung Depo Provera. Depoprovera ialah 6-alfa-medroksiprogesteron yang digunakan untuk tujuan kontrasepsi parental, Sedangkan DMPA ini merupakan keturunan progesteron, hormon yang memang sudah ada dalam tubuh wanita. Disuntikkan dengan dosis 150 mg setiap 3 bulan sekali.
Pada siklus haid endometrium dipersiapkan secara teratur untuk menerima ovum yang dibuahi setelah terjadi ovulasi, dibawah pengaruh secara ritmik hormone – hormone ovarium estrogen dan progesterone.
Haid yang tidak teratur di sebagian akseptor KB suntik tiga bulan terjadi karena hormone progesteron yang terdapat dalam KB suntik memberikan tambahan hormone dalam tubuh wanita itu sendiri, dalam pemakaian KB ini mengakibatkan ketidakseimbangan hormone progesterone. Progesterone yang tinggi akan menghambat lonjakan hormone LH, Apabila penyaluran hormone LH berjalan dengan baik akan memproduksi gonadotrpin yang membuat folikel de graaf matang dan terjadilah ovulasi yang akan membentuk korpus luteum yang akan menebalkan endometrium kemudian akan terjadi peluruhan dan haid. Jadi apabila hormone progeteron dalam tubuh tidak seimbang maka akan mengambat terjadinya ovulasi sehingga terjadi gangguan haid, salah satunya adalah menyebabkan haid tidak teratur.                              ( Saifuddin 2011, hal 48 ).
D.    Tinjuan Tentang Manajemen Asuhan Kebidanan
1.      Pengertian
Manajemen Asuhan   Kebidanan   adalah    proses  pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan dan rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien. ( Sujianti, 2012 hal 143 ).

2.      Tahapan dalam Manajemen Kebidanan
a.       Langkah I : Identifikasi  Data Dasar
Pada langkah pertama  dilakukan  pengkajian  dan   pengumpulan semua   data yang diperlukan  untuk   mengevaluasi keadaan  klien secara lengkap yaitu  riwayat   kesehatan,  pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya dan  pemeriksaan laboratorium.   Pada  langkah pertama   ini   disimpulkan   semua  informasi yang  akurat dan sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan  data dasar    awal yang lengkap.
b.      Langkah II : Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual
Dilakukan   identifikasi  yang   benar   terhadap  diagnosa  atau masalah   dan   kebutuhan   klien   berdasarkan interpretasi yang  benar  atas data-data   yang  dikumpulkan.  Data  dasar  yang sudah dikumpulkan   sehingga  ditemukan    masalah  atau diagnosis   yang spesifik.   Masalah sering berkaitan dengan wanita   yang   diidentifkasi  oleh   bidan   sesuai pengarahan, masalah sering menyertai diagnosa.
c.       Langkah III : Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
            Dari kumpulan masalah dan diagnosa, identifikasi       faktor – faktor yang memerlukan antisipasi segera tindakan pencegahan jika memungkinkan atau waspada sambil menunggu dan mempersiapkan pelayanan untuk segala sesuatu yang mungkin terjadi.





d.      Langkah IV : Identifikasi Perlunya Tindakan Segera/Kolaborasi
            Mengidentifkasi perlunya tindakan segera oleh  bidan atau   dokter untuk  dikonsultasikan  atau  ditangani  bersama  dengan anggota   tim kesehatan yang  lain  sesuai  dengan    kondisi    klien.  Mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.
e.       Langkah V : Rencana Asuhan Kebidanan
            Direncanakan  Asuhan     yang    menyeluruh     ditentukan     oleh  Langkah - langkah sebelumnya. Langkah   ini    merupkan    kelanjutan manajemen terhadap  diagnosa atau masalah yang  telah  diidentifikasi  atau antisipasi rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya   meliputi apa yang sudah diidentifikasi dari kondisi klien atau  dari setiap    masalah yang berkaitan dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya.  
 Dengan perkataan lain asuhan terhadap wanita tersebut  sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan, setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak yaitu bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut, oleh karena itu pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan pembahasan rencana asuhan sesuai dengan pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakan tindakan.
f.       Langkah VI : Implementasi Asuhan Kebidanan
            Pada   langkah    keenam    ini    rencana    asuhan menyeluruh, seperti yang telah diuraikan  pada  langkah  yang  kelima   dilaksanakan secara efisien dan aman. Implementasi dapat dikerjakan secara keseluruhan oleh bidan ataupun bekerjasama dengan tim kesehatan lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya Misalnya : agar langkah-langkah tersebut          benar – benar terlaksana.
g.      Langkah VII : Evaluasi Asuhan Kebidanan
            Dilakukan evaluasi kefektifan dari  asuhan  yang  sudah  diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan    apakah  benar - benar telah    terpenuhi    sesuai   dengan    kabutuhan   sebagaimana    telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Rencana  tersebut dapat dianggap efektif  pelaksanaannya,  ada kemungkinan bahwa sebagian  rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif. ( Sujianti, 2012, hal 43 ).




3.      Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
      Asuhan yang diberikan harus dicatat secara benar, jelas, singkat dan logis dalam satu metode pendokumentasian. Pendokumentasian yang benar adalah yang dapat mengkombinasikan kepada orang lain mengenai asuhan yang telah dilakukan dan akan dilakukan pada seorang klien, yang di dalamnya tersirat proses berfikir sistematis seorang bidan menghadapi klien sesuai dengan langkah-langkah dalam proses manajemen kebidanan. Menurut Helen Varney, alur berpikir bidan saat menghadapi klien meliputi 7 (tujuh) langkah agar diketahui orang lain apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan malalui proses berpikir sistematis, maka dokumentasi dalam bentuk SOAP yaitu :
a.       Subyektif (S)
Data atau fakta yang merupakan informasi biodata yang mencakup nama, umur, nikah, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat serta keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung pada pasien atau keluarga pasien.
b.      Obyektif (O)
Menggambarkan  pendokumentasian  hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnostik lain  yang  dirumuskan  dalam  data fokus  untuk  mendukung  asuhan  sebagai langkah 1 Varney.


c.       Assesment (A)
1)      Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa  dan  interpretasindata subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi
2)      Diagnosa/masalah
3)      Antisipasi Diagnosa/Masalah Potensial
4)      Perlunya tindakan segera oleh bidanan dokter,  konsultasi  atau  kolaborasi dan rujukan sebagai langkah II, III, dan IV Varney.
d.      Planning (P)
 Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan implementasi (I), dan evaluasi (E) berdasarkan assesment sebagai langkah V, VI, VII. ( Qamariah 2014 ).








Pencatatan Dari Asuhan
Kebidanan
Tabel 1. Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan
Alur Pikir Bidan
Pendokumentasian
Asuhan Kebidanan
Proses Manajemen
Kebidanan
 



      
             
7 Langkah dari
Halen Varney

5 Langkah Kompetensi Bidan
Soap / Notes
Pengumpulan data dasar


Data
Subjektif
Objektif
Merumuskan
Diagnosa
Assesment/
Diagnosa
Assesment/
Diagnosa
Antisipasi Diagnosa/
Masalah Potensial
Tindakan Segera
dan kolaborasi
Asuhan Kebidanan

Rencana Tindakan
Asuhan Kebidanan

Membuat rencana
Planning:
a.  Konsul
b.  Tes Lab
c.  Rujukan
d.  Pendidikan/
      konseling
e.  Follow Up
Implementasi


Implementasi
Evaluasi
Evaluasi
           
( Simatupang E.J, 2011 hal 48 )

4.      Diagnosis Kebidanan
Standar nomenklatur Kebidanan yang di akui oleh pemerintah
a.       Diakui dan di syahkan oleh profesi
b.      Berhubungan langsung dengan praktisi kebidanan
c.       Memiliki ciri khas kebidanan
d.      Di dukung oleh clinical judjement dalam praktik kebidanan
e.       Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan
( Putu Dewi, 2012 ).











BAB III
STUDI KASUS
MANAJEMEN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA
PADA  NY “ F “  AKSEPTOR  KB  DEPOPROGESTIN
( DMPA ) DENGAN HAID TIDAK TERATUR
DI PKM PATTOPAKANG  TAKALAR
TANGGAL 28 APRIL DAN 19 MEI
TAHUN 2016

No. Register                : -
Tanggal kunjungan      : 28 April 2016            jam : 08.45 wita
Tanggal pengkajian     : 28 April 2016            jam : 08.45 wita
Nama pengkaji            : Sitti Suleha Aidid
LANGKAH I. IDENTIFIKASI DATA DASAR
A.    Identitas Istri / Suami
Nama                           : Ny’’F’’ / Tn’’J’’
Umur                           : 28 thn / 30 thn
Nikah / lamanya          : 1 x / ± 4 tahun
Suku                            : Makassar / Makassar
Agama                         : Islam / Islam
Pendidikan                  : SMA / SMA
Pekerjaan                     : IRT / Petani
Alamat                                    : Dusun Battulanteang 


43
 
B.     Data Biologis / Fisiologis
1.      Keluhan utama
Siklus haid ibu tidak normal setelah 3 Minggu menggunakkan suntikkan Depoprogestin.
2.      Riwayat keluhan utama
Ibu menjadi akseptor KB jenis suntikan Depoprogestin dari tanggal         08 Februari 2016 sampai sekarang.
C.     Riwayat Kesehatan Ibu
1.      Tidak ada riwayat penyakit Jantung, Hipertensi dan DM
2.      Tidak ada riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan
3.      Tidak ada riwayat operasi
4.      Tidak ada riwayat dalam keluarga yang menderita penyakit menular
5.      Tidak ada riwayat ketergantungan pada alcohol dan Ibu tidak merokok
D.    Riwayat Obstetric dan Ginekologi
1.      Riwayat haid
-       Menarche        : 13 tahun
-       Siklus haid      : 28-30 hari
-       Lamanya         : 7 hari
-       Ibu tidak pernah mengalamai gangguan haid.
2.      Riwayat persalinan lalu
Ibu mengatakan melahirkan anak pertama laki-laki Tanggal               21 – 11 -  2014, secara normal dengan BB: 2800 gram , PB: 51 cm dan ditolong oleh Bidan secara spontan.
3.      Riwayat ginekologi
-       Akseptor tidak pernah menderita keputihan yang berlebihan
-       Tidak pernah menderita penyakit PMS
-       Tidak pernah mengalami gangguan haid sebelumnya
E.     Riwayat Keluarga Berencana
1.      Ibu pernah menjadi akseptor KB jenis suntik kombinasi selama 2 bulan, akseptor Pil selama 3 bulan dan depoprogestin tanggal 08 Februari 2016 sampai sekarang
2.      Ibu ber KB karena ingin menjarangkan kehamilan
3.      Setiap kunjungan Ibu selalu dicacat di kartu KB
4.      Di kartu Ibu tertulis suntikan Depoprogestin dan kembali untuk suntikan berikutnya yaitu tanggal 21 Juli 2016.
F.      Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar
1.      Nutrisi
a.       Pola makan
-       Frekuensi makan         : 3 x sehari
-       Jenis makanan             : Nasi, sayur, ikan dan buah-buahan
-       Nafsuh makan baik
b.      Pola minum
-       Frekuensi minum         : 5-8 gelas sehari
-       Jenis minuman : air putih dan susu
-       Tidak ada perubahan setalah menggunakan alat kontrasepsi


2.      Eliminasi
a.       BAB
-       Ffrekuensi       : 1 kali sehari
-       Warna              : Kuning
b.      BAK
-       Frekuensi         : 4-5 kali sehari
-       Warnah            : Kuning
-       Bau                  : Amoniak
Tidak ada perubahan setelah menggunakkan alat kontrasepsi.
3.      Istirahat
a.       Tidur siang      : 1-2 jam/hari
b.      Tidur malam    : 7-8 jam/hari
Tidak ada perubahan setelah menggunakkan alat kontrasepsi.
4.      Personal Hygiene
a.       Mandi 2 kali sehari menggunakkan sabun
b.      Mengganti pakaian satiap kali setelah mandi
c.       Mencuci rambut 2-3 kali seminggu dengan mamakai shampo
d.      Gosok gigi setiap kali mandi dan setelah makan.



G.    Pemeriksaan Fisik
a.       Keadaan umum Ibu baik
b.      Kesadaran composmentis
c.       BB :  61 kg
d.      TTV:
-       TD       : 100/80 MmHg
-       N         : 80 x /menit
-       S          : 36,5oC
-       P          : 20 x/menit
e.       Wajah tidak ada oedema dan ekspresi wajah nampak lemas
f.       Mata
-       Konjungtiva merah mudah dan sclera tidak ikterus
g.      Mulut dan gigi
-       Bibir lembab, tidak pecah-pecah
-       Gigi lengkap dan tidak ada caries
h.      Leher
-       Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
-       Tidak ada pembesaran vena jugularis
-       Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
i.        Payudara
-       Simetris kiri dan kanan
-       Tidak ada masa tidak ada nyeri tekan

j.        Abdomen
-       Tidak ada nyeri tekan
-       Tidak ada benjolan atau massa
k.      Tungkai
-       Tidak ada varices dan oedema
H.    Data Psikologis dan Spiritual
a.       Ibu tampak cemas karena tidak mengetahui tentang penyebab haidnya yang tidak teratur.
b.      Pengambilan keputusan dalam keluarga dilakukan dengan musyawarah
c.       Ibu menggunakan alat kontrasepsi atas keinginan seendiri dan dukungan dari suami
LANGKAH II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA MASALAH AKTUAL
Diagnosa                     : Akseptor KB suntik Depoprogestin
Masalah Aktual           :
-       Haid Tidak Teratur
-       Kecemasan






1.      Akseptor  KB suntik Deporogestin
DS :
-       ibu mengatakan memakai suntikkan 3 bulan
-       ibu mengatakan menjadi akseptor KB sejak tanggal 08 Februari 2016 sampai sekarang tanggal 28 April 2016
DO :    Di kartu KB tertulis Depoprogestin (12 mingu)
Analisa dan Interpretasi Data
Suntikkan Depoprogestin dapat menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehinggah terjadi pelepasan ovum juga mengubah suasana endomtrium. disinilah cara kerjanya, karena hormon ini memiliki efek mengentalkan lendir rahim, sehingga sel sperma akan terperangkap dan sulit bergerak ke rahim dan seterusnya. Hormon ini juga mencegah ovulasi atau pengeluaran sel telur dan membuat dinding rahim tidak siap menerima hasil pembuahan.  ( Saifuddin 2011, hal. 921 ).
2.      Haid Tidak Teratur
DS :
-       Ibu mengatakan menjadi akseptor KB jenis suntik 3 bulan sejak   08 Februari 2016
-       Ibu mengatakan sering mendapatkan haid, kadang 2 kali dalam sebulan setelah haid.

DO :   
-       Kartu KB tertulis Depoprogestin (suntikan 3 bulan)
-       Ibu tampak lemas
            TTV:
                        TD       : 100/80 MmHg
                        N         : 80 x/menit
                        S          : 36,5oC
                        P          : 20 x/menit
            Analisa dan Interpretasi Data
Depoprogestin mengandung hormone progestone acetate 150 mg/3 ml dan jika disuntikkan kedalam tubuh akan berfungsi sebagai sintetik yang menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehinggah akan mengakibatkan tidak terjadinya ovulasi dan mempengaruhi siklus haid dimana suasana endometrium akan berubah pula serta akan menimbulkan haid yang tidak teratur dan atau bahkan lonjakan hormone akan mempercepat pembentukan endometrium sehingga lebih sering terjadi haid.                     ( Saifuddin 2011, hal 48 ).




3.      Kecemasan
DS :
-       Ibu tidak paham tentang cara kerja suntik depoprogestin.
-       Ibu cemas karena siklus haidnya tidak teratur
DO :    ekspresi wajah Ibu tampak cemas
Analisa dan Interpretasi Data
Kurang pengetahuan dan pemahaman tentang metode dan alat kontrasepsi suntikan Depoprogestin serta perubahan yang tidak normal terjadi pada diri seseorang yang belum pernah dialami sebelumnya akan menimbulkan rasa khawatir dan cemas.
LANGKAH III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL
Potensial terjadi anemia pada ibu
DS :    
-       Ibu mengatakan Haid dua kali dalam sebulan dengan volume darah yang banyak,
-       Ibu merasa lemas dan pusing
-       Ibu mulai menjadi akseptor KB tahun 2015
DO :    Ibu tampak pucat dan lemas

Analisa dan Interpretasi Data
Anemia adalaha keadaan disaat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dal sel darah merah dibawah normal, pada kasus ini anemia bisa saja terjadi karena bila ibu mengalami haid terus menerus maka jumlah Hb sewaktu – waktu akan menurun.( Wikipedia, 2016 )
LANGKAH IV. TINDAKAN EMERGENCY / KOLABORASI
Tidak ada data yang menunjang.
LANGKAH V. RENCANA TINDAKAN
Tujuan :
-       Ibu memahami dan mengetahui tentang keuntungan dan kerugian dari KB suntikan depoprogestin
-       Ibu memahami penyebab gangguan haidnya
-       Mengurangi kecemasan Ibu
Kriteria            :
-       Ibu mengerti tentang suntikan depoprogestin
-       Ibu tetap menjadi akseptor Depoprogestin
-       Kecemasan ibu berkurang


Rencana Tindakan
Tanggal 28 April 2016,                                   Jam : 08.45 Wita
1.      Lakukan penimbangan BB dan ukur Tekanan Darah Ibu
Rasional: Untuk mengetahui keadaan umum Ibu
2.      Beri HE tentang keuntugnan, kerugian, efek samping dan cara kerja Depoprogestin
Rasional: Ibu dapat mengetahui dan mengeti tentang keuntungan, kerugian, efek samping dan cara kerjanya Depoprogestin.
3.      Beri konseling dan jelaskan kepada ibu bahwa gangguan haid yang terjadi bersifat sementara
Rasional : konseling diberikan agar ibu tidak cemas dan merasa takut menggunakan kontrasepsi depoprogestin
4.      Beri informent Conset ( persetujuan ) sebelum melakukan tindakan terhadap ibu.
Rasional : dengan informen cosent, bidan lebih terlindungi dari tuntutan klien.
5.      Suntik Ibu dengan Depoprogestin 150 mg per 3 bulan  secara intramoskuler.
Rasional: suntikan diberikan agar ibu dapat mencegah terjadinya kehamilan  
6.      Beri ibu tablet Fe untuk penambah darah
Rasional : ibu di berikan tablet penambah darah karena mengatakan darah haidnya banyak, tablet Fe di berikan kepada ibu agar mencegah anemia.
7.      Anjurkan klien untuk datang kembali sesuai dengan tanggal yang telah ditentukan atau jika ada masalah yang berhubungan dengan kontrasepsi yang digunakan.
Rasional: Agar hormone progesterone dalam tubuh dapat menghambat terjadinya ovulasi sehingga mencegah terjadinya kehamilan serta jika ada keluhan yang dirasakan dapat ditangani segera.
LANGKAH VI. IMPLEMENTASI
Tanggal 28 April 2016 , jam 08.45  wita
1.      Melakukan penimbangan BB dan mengukur Tekanan Darah
Hasil:   Berat badan                 : 61 kg
Tekanan Darah            : 100 / 80 mmHg.
2.      Memberikan HE tentang keuntungan, kerugian, efek samping dan cara kerja Depoprogestin
Hasil : ibu mengetahui dan mengerti tentang keuntungan, keruagian, efek samping, dan cara kerjanya.
3.      Memberikan konseling dan jelaskan kepada ibu bahwa gangguan haid yang terjadi bersifat sementara
Hasil  : ibu mengerti dan paham konseling diberikan dan tetap menjadi akseptor suntikan.
4.      Memberikan informent Conset ( persetujuan ) sebelum melakukan tindakan terhadap ibu.
Hasil : ibu bersedia di suntik depoprogestin  
5.      Menyuntik Ibu dengan Depoprogestin 150 mg per 3 bulan  secara intramoskuler.
Hasil :  ibu telah mendapatkan suntikan deprogestin
6.      Memberikan ibu tablet Fe untuk penambah darah
Hasil : ibu di beri tablet Fe dan bersedia meminumnya 1 x 1 perhari.
7.      Menganjurkan Ibu untuk datang kembali sesuai dengan tanggal yang telah ditentukan atau jika ada masalah yang berhubungan dengan kontrasepsi yang digunakan
Hasil: Ibu mengerti dan mau melakukannya
LANGKAH VII. EVALUASI
Tanggal 28 April 2016, jam 08.45  wita
1.      Ibu paham mengenai suntikan depoprogestin dan tetap menjadi akseptor KB Depoprogestin
2.      Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan tentang haid tidak teratur, serta ibu paham bahwa gangguan haid yang terjadi bersifat sementara karena pengaruh kontrasepsi.
3.      Kecemasan ibu mulai berkurang setelah tahu dan paham mengenai penyebab haid tidak teraturnya.



CATATAN PERKEMBANGAN
NAMA : Ny. F
NO.RM
PAV :
UMUR: 28 thn
JK : P
TANGGAL : 28 April 2016
KELAS : III F
TANGGAL / JAM
DIAGNOSA
CATATAN PERKEMBANGAN
( SOAP )
NAMA /
PARAF
28 April 2016
Jam : 08.45
Akseptor KB Depoprogestin dengan Haid Tidak Teratur

SUBJEKTIF (S) :
1.      Ibu Haid dua kali dalam sebulan.
2.      Ibu merasa pusing
3.      Menjadi akseptor KB jenis suntikan Depoprogestin sejak                     tanggal 08 Februari 2016.
4.      Ibu ingin ber KB karena ingin menjarangkan kehamilan
5.      Memakai kontrasepsi 3 bulan                     ( Depoprogestin )
OBJEKTIF (O) :
1.      Kartu KB tertulis Depoprogestin           (12 minggu)
2.      Klien tampak cemas dan pucat
3.      TTV:
-       TD  : 100/80 MmHg
-       N    : 80 x/menit
-       S     : 36,5oC
-       P     : 20 x/menit
ASSESMENT (A) :
Diagnose                     : Akseptor KB suntik Depoprogestin
Masalah Aktual           :
§  Haid Tidak Teratur
§  Kecemasan
Masalah Potensial       :  Potensial terjadi Anemia
PLANNING ( P )
Tanggal 28 April 2016,           jam 08.45 wita
1.      Melakukan penimbangan BB dan mengukur Tekanan Darah
Hasil:   BB                   : 61 kg            
            TD                  : 100 / 80 mmHg.
2.      Memberi HE tentang keuntungan, kerugian, efek samping dan cara kerja Depoprogestin
Hasil : ibu mengetahui dan mengerti tentang keuntungan, keruagian, efek samping, dan cara kerjanya.
3.      Memberikan konseling dan jelaskan kepada ibu bahwa gangguan haid yang terjadi bersifat sementara
Hasil  : ibu mengerti dan paham konseling diberikan dan tetap menjadi
4.      Memberikan informent Conset                  ( persetujuan ) sebelum melakukan tindakan terhadap ibu.
Hasil : ibu bersedia di suntik depoprogestin 
5.      Menyuntik Ibu dengan Depoprogestin 150 mg per 3 bulan  secara intramoskuler.
Hasil :  ibu telah mendapatkan suntikan deprogestin
6.      Memberi ibu tablet Fe untuk penambah darah
Hasil : ibu di beri tablet Fe dan bersedia meminumnya 1 x 1 perhari.
7.      Menganjurkan Ibu untuk datang kembali sesuai dengan tanggal yang telah ditentukan atau jika ada masalah yang berhubungan dengan kontrasepsi yang digunakan
Hasil: Ibu mengerti dan mau melakukannya.

KUNJUNGAN RUMAH

19 Mei 2016
Jam : 10.00

SUBJEKTIF ( S )
1.      Ibu mengatakan haidnya tidak teratur, haid lebih awal dan dua kali dalam sebulan.
2.      Ibu mengatakan tidak pusing
3.      Tablet Fe yang di berikan telah habis
OBJEKTIF ( O )
1.      Ibu masih akseptor KB depoprogestin
2.      Ibu tidak pucat
3.      TTV ibu normal
TD             : 110 / 80 mmHg        
P                 : 22 x / menit 
N               : 80 x / menit              
S                : 36, 5 0 C
ASSESMENT ( A )
Diagnose                     :  Akseptor KB suntik Depoprogestin
Masalah Aktual           :   Haid Tidak Teratur
                                        Kecemasan

Masalah Potensial       :  Potensial terjadi Anemia
PLAINNING ( P )
Tanggal 19 Mei 2016,             jam : 10.00 wita.
1.      Memberikan HE pada ibu tentang kontrasepsi suntikan
Hasil : ibu mengerti dan tahu tentang suntikan tiga bulan
2.      Melakukan konseling dan menjelaskan pada ibu tentang penyebab haid tidak teratur
Hasil : ibu dapat beradaptasi dan terbiasa dengan gangguan haid tersebut.
3.      Memotivasi ibu untuk tetap menjadi akseptor keluarga berencana
Hasil : ibu melanjutkan suntikan dengan tetap menjadi akseptor
4.      Menganjurkan ibu untuk datang ke puskesmas untuk kunjungan ulang tanggal 21 Juli 2016.
Hasil : ibu bersedia datang ke puskesmas untuk suntikan selanjutnya.

BAB IV
PEMBAHASAN
            Pada bab ini penulis membahas tentang kesenjangan antara tinjauan pustaka dan hasil studi pelaksanaan dan penerapan manajemen kebidanan keluarga berencana pada Ny ’’ F ” akspetor KB depoprogestin ( DMPA ) dengan haid tidak teratur di puskesmas Pattopakang Takalar                                             tanggal 28 April  dan 19 Mei 2016.
            Dalam penerapan manajemen kebidanan secara teoritis yang dimulai dari pengkajian data, merumuskan diagnosa / masalah aktual dan potensial, tindakan segera / kolaborasi, perencanaan, serta evaluasi yang terjadi pada kasus Ny ’’F” .
A.    Langkah I Identifikasi Data Dasar
Dalam pengkajian dimulai dari pengumpulan data berupa yang dapat ditemukan saat melakukan anamnese adalah data yang mendukung terjadinya kasus tersebut. Data dan informasi harus berkaitan dan  menggabarkan masalah kesehatan yang dialami akseptor yang meliputi pengumpulan data biologis, sosial, ekonomi, spritual, dan pemeriksaan fisik serta dikembangkan sesuai kondisi yang ditemukan terhadap klien.
61
Akseptor KB yang baru biasanya akan mengalami beberapa gangguan dikarenakan belum menyesuaikannya tubuh ibu dengan peningkatan hormone yang terdapat dalam suntikan depoprogestin. Dalam tinjauan pustaka ditemukan keterbatasan dari suntikan depoprogestin adalah haid tidak teratur, peningkatan berat badan, terlambatnya kesuburan hal itu di pengaruhi oleh hormon progesteron yang terdapat dalam depoprogestin.
Pada studi kasus yaitu melalui pengkajian pada anamnese dan pemeriksaan fisik ditemukan :
1.      Ibu mengatakan menjadi akseptor Depoprogestin sejak tanggal                      08 Februari 2016.
2.      Ibu mengatakan Sudah dua kali haid dalam kurun waktu tiga minggu setelah menjadi akseptor depoprogestin.
3.      Tanda-tanda vital :
TD                  : 100/80 mmHg.          P                      : 20 x / menit.
N                    : 80 x / menit.              S                      : 36,50C
Dengan demikian apa yang dijelaskan pada tinjauan pustaka dan yang ditemukan pada Studi kasus tidak ditemukan adanya kesenjangan yang berarti.
B.     Langkah II Identifikasi Disagnosa / Masalah Aktual 
Dalam menegakkan suatu diagnosa atau masalah kebidanan harus didukung dan ditunjang oleh beberapa data baik data subjektif maupun data objektif yang diperoleh dari hasil pengkajian yang telah dilaksanakan. Dengan melihat data-data yang diperoleh dari pengkajian maka penulis merumuskan diagnosa dan masalah aktual pada Ny.”F” Akseptor KB Depoprogestin degan haid tidak teratur. Dengan demikian penerapan tinjauan pustaka dan studi kasus pada Ny.”F” secara garis besar tampak ada persamaan dalam diagnosa aktual yang ditegakkan sehingga memudahkan dalam memberikan tindakan selanjutnya.
C.    Langkah III Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial
Berdasarkan tinjauan pustaka, manajemen kebidanan adalah mengidentifikasi adanya masalah potensial yaitu mengantisipasi jika memungkinkan dan mempersiapkan segala sesuatu yang mungkin terjadi.
Haid tidak teratur dengan keluhan banyak pengeluaran darah apabila tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan anemia.
Berdasarkan data yang ada pada studi kasus Ny.”F” di lahan praktek dapat diidentifikasi masalah potensial terjadinya Anemia dan kecemasan ibu terhadap keadaannya.
Dengan demikian tinjauan pustaka dan manajemen asuhan kebidanan pada studi kasus Ny.”F” tidak ditemukan adanya kesenjangan.
D.    Langkah IV Tindakan Segera / Kolaborasi
Berdasarkan tinjauan pustaka Akseptor KB depo progestin dengan haid tidak teratur maka tindakan yang dilakukan dengan konsultasi dan kolaborasi dengan dokter atau dengan tim kesehatan lainnya mengenai langkah selanjutnya bila ada masalah yang lebih lanjut.
Dari studi kasus tidak dilakukan kolaborasi terhadap dokter ataupun tim kesehatan lainnya. Dengan demikian tinjauan pustaka dan manajemen asuhan kebidanan pada studi kasus Ny.”F” ditemukan adanya kesenjangan.  Setiap kasus yang dicurigai akan terjadi anemia sebaiknya kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk cek Hb demi menunjang diagnosa yang ditegakkan


E.     Langkah V Rencana Tindakan
Berdasarkan tinjauan pustaka dengan pemberian konseling yang tepat pada klien mengenai efek samping dan mekanisme kerja dari suntikan depoprogestin, serta pemberian obat yang tepat sesuai kondisi klien maka masalah dapat teratasi.
Adapun rencana tindakan yang dilakukan pada Ny.”F” berdasarkan diagnosa yang ditegakkan seperti memeriksa tanda-tanda vital ibu, memberikan healt education tentang kontrasepsi depoprogestin, melakukan konseling mengenai efek samping depoprogestin, pemberian obat penambah darah,  membuat informent consent sebelum melanjutkan suntikan.
Jadi ini menunjukkan adanya kesamaan antara tinjauan pustaka dan studi kasus dimana pada tahap ini, perencanaan membuat asuhan kebidanan pada ibu mulai dari tujuan yang hendak dicapai serta kriteria keberhasilan dan intervensi.
Pada kasus ini tidak ditemukan kesenjangan penanganan antara tinjauan pustaka dan intervensi yang diberikan.
F.     Langkah VI Implementasi  
Dalam teori tindakan yang dilakukan harus berorientasi pada intervensi yang dibuat pada studi kasus Ny ” F ”. Adapun implementasi yang telah dilakukan pada Ny ” F” yaitu, menyambut dan memerikasa TTV ibu, memberikan HE mengenai KB, memberikan konseling, melakukan infoement consent, memberikan suntikan depoprogestin, dan menganjurkan ibu untuk datang sesuai jadwal kunjungan tanggal 21 juli 2016, serta menganjurkan ibu untuk datang kontrol jika ada keluahan. Semua intervensi telah diimplementasikan di Puskesmas Pattopakang Takalar pada                            tanggal 28 April 2016.

G.    Langkah VII Evaluasi
Pada tinjauan kasus, langkah ketujuh dilakukan evaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan meliputi kebutuhan akan bantuan apakah benar – benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan, sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah diagnosa. Evaluasi merupakan langkah akhir dari proeses manajeman kebidanan yang diberikan kepada klien, dengan berpedoman pada tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Hasil evaluasi setelah perawatan dari tanggal 28 April s/d 19 Mei 2016 yaitu keadaan umum ibu sudah membaik, tanda-tanda vital dalam keadaan normal, ibu dapat menerima perubahan haidnya, kecemasan ibu sudah berkurang.
Dari hasil yang diperoleh diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian masalah dapat teratasi dengan baik tetapi tidak menutup kemungkinan masalah itu akan muncul kembali sehingga memerlukan pengawasan yang lebih lanjut.





BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah mempelajari tinjauan pustaka dan manajemen kebidanan pada akseptor suntikan dan pengalaman langsung di lahan praktek studi kasus Ny F suntikan depoprogestin dengan haid tidak teratur maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
A.    Kesimpulan
1.      Melakukan identifikasi data dasar merupakan tahap awal dari manajemen kebidanan yang kegiatannya di tujukan untuk mengumpulkan informasi mengenai akseptor.
Informasi tersebut harus berkaitan dengan menggambarkan masalah kesehatan yang dialami oleh akseptor yang meliputi pengumpulan data biologis, sosial, ekonomi, spiritual, dan pemeriksaan fisik serta dikembangkan sesuai dengan kondisi yang ditemukan terhadap klien.
2.      Dalam menegakkan suatu diagnosa atau masalah kebidanan harus didukung dan ditunjang oleh beberapa data baik data subjektif maupun data objektif yang diperoleh dari hasil pengkajian yang telah dilaksanakan. Dengan melihat data-data yang diperoleh dari pengkajian maka penulis merumuskan diagnosa dan masalah aktual pada Ny.”F” Akseptor KB Depoprogestin.  
66
 
3.      Berdasarkan Berdasarkan tinjauan pustaka, manajemen kebidanan adalah mengidentifikasi adanya masalah potensial yaitu mengantisipasi jika memungkinkan dan mempersiapkan segala sesuatu yang mungkin terjadi. Haid tidak teratur dengan keluhan banyak pengeluaran darah apabila tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan anemia. Berdasarkan data yang ada pada studi kasus Ny.”F” di lahan praktek dapat diidentifikasi masalah potensial terjadinya Anemia dan kecemasan ibu terhadap keadaannya.
4.      Berdasarkan diagnosis Akseptor KB depo progestin dengan haid tidak teratur maka tindakan yang dilakukan dengan konsultasi dan kolaborasi dengan dokter atau dengan tim kesehatan lainnya mengenai langkah selanjutnya bila ada masalah yang lebih lanjut.
5.      Berdasarkan tinjauan pustaka dengan pemberian konseling yang tepat pada klien mengenai efek samping dan mekanisme kerja dari suntikan depoprogestin, serta pemberian obat yang tepat sesuai kondisi klien maka masalah dapat teratasi.
Adapun rencana tindakan yang dilakukan pada Ny.”F” berdasarkan diagnosa yang ditegakkan seperti memeriksa tanda-tanda vital ibu, memberikan healt education tentang kontrasepsi depoprogestin, melakukan konseling mengenai efek samping depoprogestin, pemberian obat penambah darah,  membuat informent consent sebelum melanjutkan suntikan.
Jadi ini menunjukkan adanya kesamaan antara tinjauan pustaka dan studi kasus dimana pada tahap ini, perencanaan membuat asuhan kebidanan pada ibu mulai dari tujuan yang hendak dicapai serta kriteria keberhasilan dan intervensi.
6.      Dalam teori tindakan yang dilakukan harus berorientasi pada intervensi yang telah dibuat pada studi kasus Ny ” F ”. Adapun implementasi yang dilakukan pada Ny ” F” yaitu, menyambut dan memerikasa TTV ibu, memberikan HE mengenai KB, memberikan konseling, melakukan infoement consent, memberikan suntikan depoprogestin, dan menganjurkan ibu untuk datang sesuai jadwal kunjungan tanggal 21 juli 2016, serta menganjurkan ibu untuk datang kontrol jika ada keluahan. Semua intervensi telah di implementasikan di Puskesmas Pattopakang Takalar pada  tanggal 28 April 2016.
7.     Pada tinjauan kasus, langkah ketujuh dilakukan evaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan meliputi kebutuhan akan bantuan apakah benar – benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan, sebagaimana telah di identifikasi didalam masalah diagnosa. Evaluasi merupakan langkah akhir dari proeses manajeman kebidanan yang diberikan kepada klien, dengan berpedoman pada tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil evaluasi setelah perawatan dari tanggal 28 April dan 19 Mei 2016 yaitu keadaan umum ibu sudah membaik, tanda-tanda vital dalam keadaan normal, ibu dapat menerima perubahan haidnya, kecemasan ibu sudah berkurang.
8.      Melakukan pendokumentasian semua hasil manajemen kebidanan yang telah diberikan pada Ny” F ” sebagai akseptor KB depoprogestin dengan haid tidak teratur di Puskesmas Pattopakang Takalar.
B.     Saran
1.      Untuk Klien
a.       Mengingatkan pada ibu agar memperhatikan kapan ibu kembali untuk mendapatkan suntikan ulang.
b.      Sebelum menjadi akseptor KB harus mempertimbangkan dan mengetahui dengan jelas efek samping dari lat kontrasepsi yang digunakan.
2.      Untuk Bidan
a.       Bidan harus lebih meningkatkan kemampuan dalam penerapan kasus keluarga berencana pada umumnya dan metode kontrasepsi pada khususnya.
b.      Bidan harus lebih meningkatkan  dalam memberikan pelayanan kontrasepsi dan penanggulangan efek samping secara dini yang dialami oleh akseptor.
3.      Untuk Instutusi
Untuk mendapatkan hasil yang diingikan perlu kiranya penerapan manajemen kebidanan dalam pemecahan masalah lebih ditingkatkan dan dikembangkan mengingat proses tersebut sangat bermanfaat dalam membinatenaga bidan guna menciptakan sumberdaya yang berpotensi dan profesional.
4.      Saran Untuk Penulis
a.       Sebagai calon bidan yang professional, penulis harus mampu menerapkan dan mengembangkan manajemen asuhan kebidanan serta pelayanan kesehatan yang terbaik.
b.      Penulis juga harus mampu melakukan pendekatan dan berkomunikasi yang baik sehingga dalam penerapan manajemen kebidanan khususnya pada anamnese penulis dapat mengumpulkan data yang akurat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar