Jumat, 14 Februari 2014

makalah Gizi....



KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua yang berupa ilmu dan amal. Dan berkat Rahmat dan Hidayah-Nya pula, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang diberikan  oleh Ibu Masdarwati, SKM.,M.Kes. dalam mata kuliah Kesehatan Masyarakat yang berjudul ”sejarah perkembangan ilmu gizi di dunia ”  yang insyaallah tepat pada waktunya.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistmatika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu, penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penyusun dan bagi pembaca.   
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.




Takalar, 30 januari 2014


Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Ilmu gizi digunakan untuk meneliti berbagai macam gizi yang berperan dalam tubuh manusia. Ilmu ini sudah lama dikenal oleh manusia dari zaman purba dahulu. Hingga pada abad ke 19 dna 20 ilmu ini semakin berperan penting dalam peradaban manusia. Hingga perkembangan sejarah manusia, ilmu ini pun juga ikut berkembang seiring dengan zaman. Mengalami berbagai evolusi dan penyempurnaan hingga saat ini masih dipakai untuk meneliti dan mengetahui tentang gizi. Ilmu ini meneliti bagaimana peran gizi bagi tubuh, dengan melalui berbagai percobaan yang bertahap dengan menggunakan sample makanan. Sehingga kita mengetahui seberapa pentingnya makanan sehat itu dan kerugian dari konsumsi makanan yang tidak layak.

Berdiri tahun 1926, oleh Mary Swartz Rose saat dikukuhkan sebagai profesor ilmu gizi di Universitas Columbia, New York, AS. Pada zaman purba, makanan penting untuk kelangsungan hidup. Sedangkan pada zaman Yunani, tahun 400 SM ada teori Hipocrates yang menyatakan bahwa makanan sebagai panas yang dibutuhkan manusia, artinya manusia butuh makan. 

Beberapa penelitian yang menegaskan bahwa ilmu gizi sudah ada sejak dulu, antara lain: 
Penelitian tentang Pernafasan dan Kalorimetri – Pertama dipelajari oleh Antoine Lavoisier (1743-1794). Mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan energi makanan yang meliputi proses pernafasan, oksidasi dan kalorimetri. Kemudian berkembang hingga awal abad 20, adanya penelitian tentang pertukaran energi dan sifat-sifat bahan makanan pokok. 

Penemuan Mineral – Sejak lama mineral telah diketahui dalam tulang dan gigi. Pada tahun 1808 ditemukan kalsium. Tahun 1808, Boussingault menemukan zat besi sebagai zat esensial. Ringer (1885) dan Locke (1990), menemukan cairan tubuh perlu konsentrasi elektrolit tertentu. Awal abad 20, penelitian Loeb tentang pengaruh konsentrasi garam natrium, kalium dan kalsium klorida terhadap jaringan hidup. 

Penemuan Vitamin – Awal abad 20, vitamin sudah dikenal. Sejak tahun 1887-1905 muncul penelitian-penelitian dengan makanan yang dimurnikan dan makanan utuh. Dengan hasil: ditemukan suatu zat aktif dalam makanan yang tidak tergolong zat gizi utama dan berperan dalam pencegahan penyakit (Scurvy dan Rickets). Pada tahun 1912, Funk mengusulkan memberi nama vitamine untuk zat tersebut. Tahun 1920, vitamin diganti menjadi vitamine dan diakui sebagai zat esensial. 
Penelitian Tingkat Molekular dan Selular – Penelitian ini dimulai tahun 1955, dan diperoleh pengertian tentang struktur sel yang rumit serta peranan kompleks dan vital zat gizi dalam pertumbuhan dan pemeliharaan sel-sel. Setelah tahun 1960, penelitian bergeser dari zat-zat gizi esensial ke inter relationship antara zat-zat gizi, peranan biologik spesifik, penetapan kebutuhan zat gizi manusia dan pengolahan makanan thdp kandungan zat gizi. 

Keadaan Sekarang – Muncul konsep-konsep baru antara lain: pengaruh keturunan terhadap kebutuhan gizi; pengaruh gizi terhadap perkembangan otak dan perilaku, kemampuan bekerja dan produktivitas serta daya tahan terhadap penyakit infeksi. Pada bidang teknologi pangan ditemukan : cara mengolah makanan bergizi, fortifikasi bahan pangan dengan zat-zat gizi esensial, pemanfaatan sifat struktural bahan pangan, dsb. FAO dan WHO mengeluarkan Codex Alimentaris (peraturan food labeling dan batas keracunan). 

2.      Rumusan Masalah
Dari hasil penjelasan singkat diatas kita dapat merumuskan masalah yaitu
a. Apa yang dimaksud gizi ?
b. Bagaimana sejarah perkembangan ilmu gizi di Indonesia dan dunia?
c. Bagaimana mengenai ruang lingkup gizi ?
3.      Tujuan
Rumusan masalah diatas, memiliki tujuan yang harus dicapai yaitu :
a.       Mengetahu apa yng dimaksud gizi!
b.       Dapat mengerti bagaimana sejarah perkembangan gizi di Indonesia dan dunia!
c.       Mengetahui apa saja yang masuk dalam ruang lingkup gizi !
4.      Manfaat
Manfaat penuisan makalah ini yaitu agar pembaca dapat mengetahui bagaimana ilmu gizi berkembang baik di Indonesia maupun diluar negeri, dan saat itu diharapkan agar pembaca dapat menerapkan hidup sehat.

BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian gizi
Beberapa Pengertian / Istilah Dalam Gizi
a.       Ilmu Gizi (Nutrience Science) adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal/ tubuh.
b.       Zat Gizi (Nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta mengatur proses-proses kehidupan.
c.       Gizi (Nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan, untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dri organ-organ, serta menghasilkan energi.
d.       Pangan adalah istilah umum untuk semua bahan yang dapat dijadikan makanan.
e.       Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan atau unsur-unsur/ ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasukkan ke dalam tubuh.
f.        Bahan makanan adalah makanan dalam keadaan mentah.
g.       Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.
Kata “gizi” berasal dari bahasa Arab ghidza, yg berarti “makanan”. Ilmu gizi bisa berkaitan dengan makanan dan tubuhmanusia. Dalam bahasa Inggris, food menyatakan makanan, pangan dan bahan makanan.
Pengertiangizi terbagi secara klasik dan masa sekarang yaitu :
a.       Secara Klasik : gizi hanya dihubungkan dengan kesehatantubuh (menyediakan energi, membangun, memelihara jaringan tubuh, mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh).
b.       Sekarang : selain untuk kesehatan, juga dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang karena gizi berkaitan dengan perkembanganotak, kemampuan belajar, produktivitas kerja.

2.      Perkembangan ilmu gizi di Indonesia dan di dunia
a.       Di Luar Negeri
1)      Zaman purba
Titik tolak perkembangan ilmu gizi dimulai pada masa manusia purba dan pada abad pertengahan sampai pada masa munculnya ilmu pengetahuan pada abad ke-19 dan ke-20. Pada masa manusia purba ilmu gizi dinyatakan sebagai suatu evolusi. Disini para peneliti menggambarkan manusia sebagai pemburu makanan dan dikenal sebagai Todhunter, perkembangan ilmu gizi sebagai suatu evolusi. Dalam perkembangan ilmu gizi (dipelopori Tod Hunter) makanan dijadikan bahan sebagai upaya penyembuhan dan pemulihan yang dikenal dengan “Terapi Diet”.
Bagi manusia purba, fungsi utama dan mungkin fungsi satu-satunya dari makanan  adalah untuk mempertahankan hidup. Untuk itu aktifitas utama dari manusia purba adalah mencari makanan dengan berburu. Fungsi utama makanan untuk mempertahankan hidup, meskipun bukan fungsi satu-satunya. Makanan untuk mempertahankan hidup ini juga masih  sering  atau berlaku bagi sebagian penduduk modern sekarang.
2)    Zaman Yunani
a)      Hipocrates : Peranan makanan terhadap penyembuhan penyakit (dasar dalam Ilmu Dietetika)
Abad sebelum masehi filosof Junani bernama Hippocrates (460-377 SM), yang dikenal sebagai Bapak Ilmu Kedokteran, dalam salah satu tulisannya berspekulasi tentang peran makanan dalam pemeliharaan kesehatan dan penyembuhan penyakit” yang menjadi dasar perkembangan ilmu dietetika  yang belakangan dikenal dengan “Terapi Diit’
v  Dr. lind (1747) menemukan jeruk manis untuk menanggulangi sariawan / scorbut, belakangan diketahui jeruk manis banyak mengandung vitamin C. Sehingga Vitamin C dikenal juga sebagai pencegah Sariawan/Scorbut.
v  Tahun 1687 = Penetapan standar makanan. Dimana penetapan ini mengatur tentang  makanan yang baik untuk tubuh dan yang tidak baik untuk tubuh.
v  Suster Florence Nightingale (1854 ) menyimpulkan penderita-penderita akibat perang yang merupakan pasiennya, dalam hal Pemberian makanan kepada pasien harus sesuai dengan kebutuhan pasien untuk mempercepat proses penyembuhannya.  Suster Florence Nightingale dikenal juga sebagai Tokoh Keperawatan Dunia

3)    Abad XVI
a)      Adanya doktrin tentang hubungan antara makanan dengan panjang usia.
Memasuki abad ke-16 berkembang doktrin bukan saja pemeliharaan kesehatan  yang dapat dicapai dengan pengaturan makanan tetapi kemudian berkembang juga tentang hubungan antara makanan dan panjang umur. Misalnya Cornaro, yang hidup lebih dari 100 tahun (1366-1464) dan Francis Bacon (1561-1626) berpendapat bahwa makan yang diatur dengan baik dapat memperpanjang umur”. Memasuki abad ke-17 dan ke-18, tercatat berbagai penemuan tentang  sesuatu yang dimakan (makanan) yang  berhubungan dengan kesehatan semakin banyak dan jelas, baik yang bersifat kebetulan maupun yang dirancang yang kemudian mendorong berbagai ahli kesehatan waktu itu  untuk melakukan berbagai percobaan.
4)  Abad XVI – XIX
Terjadi perkembangan penemuan di bidang kimia, faal, dan biokimia.
Tokoh-tokohnya :
v  Lavoiser (1743 – 1794) à Bapak Ilmu Gizi
Pada Abad ke-18 berbagai penemuan ilmiah dimulai, termasuk ilmu-ilmu yang mendasari ilmu gizi. Satu diantaranya yang terpenting adalah penemuan adanya hubungan antara proses pernapasan yaitu proses masuknya O2 ke dalam tubuh dan keluarnya CO2, dengan proses pengolahan makanan dalam tubuh oleh Antoine Laurent Lavoisier (1743-1794).
Lavoisier bersama seorang ahli fisika Laplace merintis untuk pertama kalinya penelitian kuantitatif mengenai pernapasan dengan percobaan binatang (kelinci). Oleh karena itu Lavoisier selain sebagai Bapak Ilmu Kimia, dikalangan ilmuwan gizi dikenal juga sebagai Bapak Ilmu Gizi Dunia.

v  Liebig (1803-1873) Analisis Protein, KH dan Lemak. Yang merupakan Komponen utama penghasil energi tubuh.
v  Vait (1831 – 1908), Rubner (1854 – 1982), Atwater (1844 – 1907), Lusk (1866 – 1932) Ke-4 ahli tersebut pakar dalam pengukuran energi dengan kalorimeter.
v  Hopkin (1861-1947), Eljkman (1858-1930) = perintis penemuan vitamin dan membedakannya vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak.
v  Mendel (1872-1935), Osborn (1859-1929)= penemuan vitamin dan analisis kualitas protein. Memperjelas posisi vitamin dalam makanan dan peranannya dalam tubuh manusia serta  kualitas protein yang dilihat dari struktur yaitu asam amino yang essensial maupun yang non essensial.
5)    Abad XX
Pada abad ke 20 Mc Collum, Charles G King = melanjutkan penelitian vitamin kemudian terus berkembang hingga muncul “Science Of Nutrion”. Adalah Suatu cabang ilmu pengetahuan kesehatan (kedokteran) yang berdiri sendiri yaitu Ilmu Gizi adalah Ilmu pengetahuan yang membahas sifat-sifat nutrien yang terkandung dalam makanan, pengaruh metaboliknya serta akibat yang timbul  bila terdapat kekurangan zat gizi, ( Soekirman, 2000).
Dalam perkembangan selanjutnya permasalahan gizi mulai bermunculan  secara kompleks yang tidak dapat ditanggulangi oleh para ahli gizi  dan sarjana gizi saja, sehingga muncul  Ilmu gizi  yang menurut komite Thomas dan Earl (1994)  adalah “The NUTRITION SCIENCES are the most interdisciplinary of all sciences”. Yang arti bebasnya menyatakan bahwa  ilmu gizi merupakan  ilmu yang melibatkan  berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
b.      Perkembangan Di Indonesia
1)   Belanda mendirikan “Laboratorium Kesehatan “ pada tanggal 15 Januari 1888 di Jakarta , tujuannya  menanggulangi penyakit beri-beri di Indonesia dan Asia
2)   Tahun 1938, nama “Laboratorium Kesehatan” diganti dengan “Lembaga Eijkman”
3)   Tahun 1934, IVV (Het Institud dan Voor Volk Suceding) atau Lembaga Makanan Rakyat dan setelah merdeka ( kira-kira tahun 1964) mulai melakukan penelitian.
4)   Tahun 1937 – 1942, diadakan survei gizi  yaitu 7 tempat di Jawa , 1 tempat di Lampung, dan 1 tempat di Seram..
5)   Scooltema, Ochese, Terra, Jansen, Donath, Postmus, Van Veen mengamati pola makanan, keadaan gizi, pertanian, dan perekonomian.
6)   Tahun 1919, Jansen, Donanth (dari Lembaga Eijkman) meneliti masalah Gondok di Wonosobo
7)   Tahun 1930, Vanveen Postmus, De Hass  menemukan defisiensi Vitamin A di Indonesia.
8)   Tahun 1935, De Haas meneliti tentang KEP di Indonesia
9)   Sejak Tahun 1919, Panne Kock, Van Veen, Koe Ford, Postmus menganalisis nilai gizi berbagai makanan di Indonesia yang dikenal dengan DKBM
10)  Tahun 1950, IVV diganti  namanya menjadi Kementerian Kesehatan RI atau LMR (Lembaga Makanan Rakyat) diketuai oleh Prof dr. Poerwo Soedarmo (sebagai Direktur I) à Bapak Persagi dan Bapak Gizi Indonesia. Kemudian LMR membentuk kader / tenaga gizi dan pengalaman ilmu gizi kepada masyarakat.
11)  Tahun 1960, Prof. Poerwo Soedarmo mencetak tenaga ahli gizi (AKZI dan FKUI) antara lain :
·         Poerwo Soedarmo, Drajat Prawira Negara
·         Djaeni S. Sedia Utama, Soemila Sastromijoyo, Ied Goan Gong, Oei Kam Nio
·         Soekartijah Martaatmaja, Darwin Kariyadi
·         Ig. Tarwotjo, Djoemadias Abu Naim
·         Sunita Almatsir à Perintis terapi diet dan institusi gizi.
Berikut beberapa hasil penelitian dalam sejarah perkembangan Ilmu Gizi di Indonesia.
a.       Belanda mendirikan “Laboratorium Kesehatan “ pada tanggal 15 Januari 1888 di Jakarta , tujuannya  menanggulangi penyakit beri-beri di Indonesia dan Asia
Sejarah perkembangan laboratorium kesehatan di dunia dimulai sejak awal diketemukannya mikroba oleh Antony van Leeuwenhoek (1632 – 1723) yang kemudian menjadikannya menjadi salah seorang penemu mikrobiologi. Kemudian dilanjutkan dengan beberapa penemuan di dunia mikrobiologi lainnya seperti Louis Pasteur (1822 – 1895) penemu teori biogenesis dan penemu protozoa penyebab penyakit serta penemu vaksin, Robert Koch (1843 – 1910) penemu penyakit Anthrax dan terkenal dengan Postulat Koch. Tidak ada buku sejarah yang otentik tentang perkembangan laboratorium di Indonesia, namun menelusuri berbagai catatan dan masukan dari beberapa orang yang terlibat dalam proses terbentuknya laboratorium kesehatan di Indonesia. Perkembangan tersebut adalah sejak dimulainya pemerintah penjajahan Belanda pada abad ke -16, pada tahun 1851 sekolah dokter Jawa didirikan oleh dr. Bosch, kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer dan dr. Bleeker di Indonesia. Kemudian sekolah ini terkenal dengan nama STOVIA (School Tot Oplelding Van Indiche Arsten) atau sekolah untuk pendidikan dokter pribumi. Dalam rangka mengembangkan kesehatan masyarakat di Indonesia pada saat itu kemudian didirikan Pusat Laboratorium Kedokteran di Bandung pada tahun 1888.
b.      Tahun 1938, nama “Laboratorium Kesehatan” diganti dengan “Lembaga Eijkman”
Lembaga Biologi Molekul Eijkman (disingkat Lembaga Eijkman) merupakan lembaga riset negeri dengan misi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dasar di bidang biologi molekular serta menerapkan pengetahuan tersebut untuk pemahaman, pengenalan, pencegahan, dan pengobatan penyakit pada manusia. Lembaga ini bertanggungjawab langsung kepada Menteri Negara Riset dan Teknologi RI.
Nama lembaga penelitian ini diambil dari nama direktur pertamanya, Christiaan Eijkman. Ia dikenal sebagai peraih penghargaan Nobel karena penelitiannya mengenai pengaruh vitamin terhadap beberapa penyakit manusia, terutama beri-beri.
Sejak direvitalisasi pada tahun 1992 setelah ditutup pada tahun 1965, lembaga ini dipimpin pertama kali oleh Profesor Sangkot Marzuki sebagai Direktur. Direktur saat ini adalah Dr. Herawati Sudojo.
c.       Tahun 1934, IVV (Het Institud dan Voor Volk Suceding) atau Lembaga Makanan Rakyat dan setelah merdeka ( kira-kira tahun 1964) mulai melakukan penelitian.
Lembaga makanan rakyat didirikan di Jakarta. Tujuan dan kegiatan yaitu menganalisa makanan rakyat dan memperkembangkan pengertian-pengertian tentang ilmu makanan.
d.      Tahun 1937 – 1942, diadakan survei gizi  yaitu 7 tempat di Jawa , 1 tempat di Lampung, dan 1 tempat di Seram..
e.       Scooltema, Ochese, Terra, Jansen, Donath, Postmus, Van Veen mengamati pola makanan, keadaan gizi, pertanian, dan perekonomian.
f.        Tahun 1919, Jansen, Donanth (dari Lembaga Eijkman) meneliti masalah Gondok di Wonosobo
g.       Tahun 1930, Vanveen Postmus, De Hass  menemukan defisiensi Vitamin A di Indonesia.
h.       Tahun 1935, De Haas meneliti tentang KEP di Indonesia
i.         Sejak Tahun 1919, Panne Kock, Van Veen, Koe Ford, Postmus menganalisis nilai gizi berbagai makanan di Indonesia yang dikenal dengan DKBM
j.        Tahun 1950, IVV diganti  namanya menjadi Kementerian Kesehatan RI atau LMR (Lembaga Makanan Rakyat) diketuai oleh Prof dr. Poerwo Soedarmo (sebagai Direktur I) à Bapak Persagi dan Bapak Gizi Indonesia. Kemudian LMR membentuk kader / tenaga gizi dan pengalaman ilmu gizi kepada masyarakat.
k.      Tahun 1960, Prof. Poerwo Soedarmo mencetak tenaga ahli gizi (AKZI dan FKUI)
Pedoman Empat Sehat Lima Sempurna diperkenalkan pertama kali pada tahun 1950 oleh Prof dr. Poerwo Soedarmo. Tapi, kini pedoman tersebut sudah tidak sesuai dan diganti dengan Pedoman Gizi Seimbang Indonesia kini resmi menggunakan Pedoman Gizi Seimbang (PGS) untuk menyiapkan pola hidup sehat masyarakat Indonesia dalam menghadapi “beban ganda masalah gizi”, yaitu ketika kekurangan dan kelebihan gizi terjadi secara bersama.
PGS diharapkan dapat memperbaiki pedoman sebelumnya, yaitu 4 sehat 5 sempurna yang sudah dipopulerkan sejak tahun 1950-an  Jika 4S 5S menekankan pada Makanan Pokok Lauk-Pauk Sayur-Mayur Buah Susu Maka Gizi Seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh

Secara spesifik Berikut perkembangan ilmu gizi menurut waktu dan ahlinya :
v  Zaman purba à Manusia sudah mengenal pentingnya makanan tapi saat itu masih ada hal-hal yang bersifat tabu, magis, dan nilai-nilai menyembuhkan.
v  400 SM à Hippocrates : makanan sebagai panas yang dibutuhkan manusia
v  Awal abad ke-16 à konsep pertama ilmu faal
v  1743-1794 à Antonie Lavoisier (Bapak ilmu gizi) : pertama mempelajari penggunaan energi makanan
v  Awal abad ke-19 à Magendie : Bisa membedakan karbohidrat, lemak, dan protein
v  1840 à Reagnult & Reiset : CO2 yang dikeluarkan dan O2 yang dikonsumsi berbeda menurut jenis makanan
v  1803-1873 à karbohidrat, lemak, dan protein dioksidasi dalam tubuh dan menghasilkan panas/energy serta menghitung nilai energy
v  Bossinggault & Liebig : keseimbangan makanan
v  Bidder & Schmidt : keadaan tidak makan membutuhkan metabolisme minimal tertentu
v  Voit : Metabolisme protein tidak dipengaruhi oleh kerja otot & banyaknya metabolisme dalam sel menentukan banyajnya konsumsi O2
v  Pertengahan abad ke-19 à Rubner : nilai energy urin & feses ditentukan dari berbagai susunan makanan = dasar penelitian kalorimetri
v  1847 à Mayer & Helmholz : Hukum konservasi energy bagi organism hidup maupun benda mati
v  Rubner: menghubungkan produksi panas dalam keadaan basal dengan luas permukaan tubuh & menghitung nilai energy, Karbohidrat, protein, dan lemak bahan makanan
v  Akhir abad ke-19 à Atwater & Rose : membangun alat kalorimetri I untuk menyelidiki pertukaran energi pada manusia
v  1899 à Attwater & Bryant : Daftar komposisi bahan makanan pertama terbit· 1899 à Lusk : menyelidiki metabolism intermidier & efek dinamik spesifik makanan
3.      Ruang lingkup ilmu gizi
Ruang lingkup cukup luas, dimulai dari cara produksi pangan, perubahan pascapanen (penyediaan pangan, distribusi dan pengolahan pangan, konsumsi makanan serta cara pemanfaatan makanan oleh tubuh yang sehat dan sakit).
Ilmu
gizi berkaitan dengan ilmu agronomi, peternakan, ilmu pangan, mikrobiologi, biokimia, faal, biologi molekular dan kedokteran. Informasi gizi yang diberikan pada masyarakat, yang meliputi gizi individu, keluarga dan masyarakat; gizi institusi dan gizi olahraga. Perkembangan gizi klinis :
a.       Anamnesis dan pengkajian status nutrisi pasien.
b.       Pemeriksaan fisik yang berkaitan dengan defisiensi zat besi.
c.       Pemeriksaan antropometris dan tindak lanjut terahdap gangguannya.
d.       Pemeriksaan radiologi dan tes laboratorium dengan status nutrisi pasien.
e.       Suplementasi oral, enteral dan parenteral.
f.        Interaksi timbal balik antara nutrien dan obat-obatan.
g.       Bahan tambahan makanan (pewarna, penyedap dan sejenis serta bahan-bahan kontaminan).

































BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Perkembangan Ilmu Gizi. Titik tolak perkembangan ilmu gizi dimulai pada masa manusia purba dan pada abad pertengahan sampai pada masa munculnya ilmu pengetahuan pada abad ke-19 dan ke-20. Pada masa manusia purba ilmu gizi dinyatakan sebagai suatu evolusi. Disini para peneliti menggambarkan manusia sebagai pemburu makanan dan dikenal sebagai Todhunter, perkembangan ilmu gizi sebagai suatu evolusi.
2.      Saran
Untuk Meningkatkan Pengetahuan tentang sejarah ilmu gizi sebaiknya di keluarkan buku referensi untuk sejar ilmu gizi dan juga dapat di pelajari masyarakat agar tahu akan pentignya ilmu gizi























DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001.
Francin, P.
Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. EGC, Jakarta, 2005.
Moehji, S. Ilmu
Gizi. Jilid I. Bhatara Karya Pustaka, Jakarta, 1982.
Supariasa, I. Penilaian Status Gizi. EGC, Jakarta, 2002.
Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001.
Francin, P. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. EGC, Jakarta, 2005.
Supariasa, I. Penilaian Status Gizi. EGC, Jakarta, 2002.